Kurikulum Bahasa Indonesia 1975

Kurikulum 1975 membawa perubahan besar dalam tata cara pengajaran di Indonesia dengan menggunakan PPSI sebagai tekniknya. Guru yang tadinya hanya mengajar dengan spontanitas (tanpa persiapan) diwajibkan membuat persiapan pengajaran dulu sebelum tampil di depan kelas. Dalam bidang studi Bahasa Indonesia, kurikulum 1975 mebawa begitu banyak bahan ajar yang sangat kaya dan luas, namun sayang sekali sebagian besar bahan ajar itu tidak mampu membekali siswa untuk terampil berbahasa Indonesia. Dari rumusan tujuan kurikuler, rumusan tujuan instuksional hingga bahan pengajarannya, kurikulum Bahasa Indonesia 1975 itu merupakan karya besar hasil pemikiran ahli bahasa dan ahli pengajaran bahasa kala itu. Sayang sekali bahwa apa yang dipikirkan mereka dan apa yang diidealkan mereka itu tidak dapat dilaksanakan dengan baik oleh para pelaksana pendidikan di lapangan, sehingga kualitas pengajaran bahasa Indonesia yang kita harapkan meningkat dengan lahirnya kurikulum tersebut tidak dapat kita banggakan. Meski demikian warisan para pemikir bahasa dan pengajaran bahasa itu telah berhasil meletakkan landasan yang kuat bagi generasi berikutnya. Dengan menelaah kurikulum bahasa Indonesia 1975 ini kita sekarang dapat bercermin betapa kecilnya atau betapa sedikitnya muatan isi kurikulum sekarang, sehingga jika yang kecil dan sedikit itupun masih juga gagal, sudah tentu eksistensi pengajaran bahasa Indonesia akan dipertanyakan.

Pada bagian akhir kata pengantar kurikulum 1975, Mendikbud kala itu masih berpesan agar waktu yang tersedia pada jam-jam sekolah hendaknya dimanfaatkan bagi kegiatan belajar untuk mencapai tujuan-tujuan yang tidak mungkin dilakukan di luar situasi sekolah, dan agar setiap petugas pendidikan di lingkungan SMP dan SMA (guru dan bukan guru) selalu berusaha meningkatkan pemahaman dan keterampilan bagi terlaksananya sistem pendidikan nasional secara efektif dan efisien.